“SAMPYONG” Seni Budaya asli Majalengka.

banner 468x60

Suara Gemilang || Majalengka,, Sampyong adalah Seni Budaya asli kabupaten Majalengka,berdiri pada abad 14, sampyong itu sendiri berawal dari kata sampiyuhan (adu nyali kekuatan dan ketangkasan beladiri) Jum’at, 04 April 2025

Pada waktu itu sampiyuhan atau sampyong merupakan sarat seleksi masuknya pamitran (pasukan pengawal dan abdi dalem kerajaan) Yang menjadi tokoh jawara saat itu bernama ki Peres suranenggala, dia adalah merupakan tokoh jawara sampiyuhan atau sampyong yang paling di segani.

Pada abad ke 18 Ki Bagus Rangin membentuk suatu wadah yang dinamakan Jayang Sekar.
Dikumpulkanlah para pemuda tangguh untuk dilatih sebagai garda terdepan guna persiapan dari ancaman yang datang dari luar yang akan mengganggu nya dari ketentraman.

Pada tahun 1960 bermunculanlah seni sampyong dimana-mana seperti di desa kulur, cibodas, simpeureim, cigasong, manjeti, baribis, cijati, jati pamor, pasir muncang, kiara pandak, panyingkiran, mandapa, balida, kertajati, biyawak dan jatitujuh.

Pemain sampiyuhan atau sampyong meliputi dua orang yang saling pukul silih berganti dengan menggunakan alat peraga yang bernama rotan.
Rotan itu sendiri berdiameter 60cm untuk dipakai sebagai alat pemukul terhadap lawannya, pukulan dalam pertarungan sampyong sebanyak tiga kali pukulan dan pemukul dibatasi dari mulai pinggul sampai mata kaki.

Permainan ini tidak memakai durasi tapi yang dipakai adalah banyaknya pukulan, yaitu setiap pemain berhak memukul lawannya sebanyak tiga kali pukulan, dan silih berganti memukul.

Adapun yang mengatur jalanya permainan adalah Malandang atau dengan kata lain sama dengan wasit.

Kemudian permainan sampyong itu sendiri diiringi dengan gamelan seperti gendang, goong, tarompet, kolenang, kecrek dan diiringi oleh lantunan kawih juru kawih atau yang biasa disebut sinden.
Permainan sampyong dewasa ini telah melakukan traspormasi, kerena zaman dulu kala ketika itu pelaku sampyong banyak yang cedera bahkan ada yang patah tulang bahkan meninggal dunia.
Untuk mengantisipasi adanya korban tersebut maka padepokan sampyong sepakat mengadakan traspormasi untuk menjaga supaya tida ada korban di dalam permainan sampyong itu sendiri.

Pada saat ini yang masih melestarikan seni budaya sampiyuhan atau sampyong adalah Paguyuban Karang Kamuning yang dilulugui oleh Ki Aduy Mangku Bumi atau lebih akrab disebut UU yang beralamatkan di kelurahan cijati.

Kemudian Padepokan Braja Manggala yang dilulugui oleh abah DEDI dan beralamatkan di desa kulur.
Ki Aduy Mangku Bumi atau lebih akrab di panggil UU ketika ditemui awak media di kediamanya ia berharap pemerintah hususnya dinas terkait lebih peduli terhadap seni sampiyuhan atau sampyong terlebih seni budaya sampyong ini asli dari Kabupaten Majalengka. (Abah iwok)

(Bolank_Sg)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *